Halaman

Cara Pembibitan Budidaya Buah Tin

Cara Pembibitan Budidaya Buah Tin
Cara Pembibitan Budidaya Buah TinSebelum Raja Jempol berikan bagaimana cara budidaya buah tin terlbih dahulu kita perlu mengetahui kasiat tersembunyi dari buah tin.

Buah tin , buah yang banyak mengandung kasiat mengobati beberapa penyakit, diantaranya :
a. Mengurangi sesak napas, 
b. membersihkan hati dan limpa
c. pengencer dahak
d. cegah kanker dan kencing manis.
e. Serta memberi kasiat yang baik bagi tubuh.
Didalam daging buah tin terdapat :
1. mengandung senyawa polyphenols yang tinggi, fungsinya sebagai antioksidan
2. Mengandung senyawa benzaldehyde dan coumarins yang merupakan bahan antti kanker dan anti tumor, swrta merawat kulit.
3. Mengandung serat, kalium dan magnesium yang berfungsi mengurangi serangan angin dan mampu mengontrol tekanan darah tinggi.

Setelah mengetahui khasiat dan manfa’at buah tin berikut ini adalah cara pembudidayaannya. Budidaya buah tin dapat dilakukan dengan berbagai cara, dengan menanam bijinya inipun memakan waktu yang cukup lama dari berbagai cara tersebut berikut ini ada dua cara yang Raja Jempol anggap paling mudah dan efisien.

Dengan cara mencangkok
1. Pilihlah batang buah tin yang muda dan berkulit hijau karena perkaran lebih cepat dan banyak.
2. Persiapkan alatnya yaitu plastik transparan dan cocopeat murni
3. Membalut batang tin dengan cocopeat yang sudah dibungkus plastik transparan.
4. Panjang areal cangkokan cukup 10-15cm saja
5. Mengikat media cangkokan pada bagian pangkal dan ujungnya menggunakan tali rafia
6. Melakukan penyiraman media tanam cangkokan, setiap harinya lewat celah-celah yang disiapkan sebelumnya.
7. Umur 30-45 hari cangkokan sudah memiliki banyak peranakan, siap dipotong dan dipindah kemedia normal.

Dengan cara stek batang
1. Memotong-motong batang atau cabang tanaman tin yang sudah tua [kulit berwarna kecoklatan atau ungu] dengan ukuran 10-15 cm 
2. Bahan stek tadi dipotong miring
3. Setelah stek siap, kemudian disemai ditempat persemaian yang sudah terdapat media pasir atau cocopeat murno didalamnya.
4. Bekas potongan bagian atas pada bahan stek tadi dilapisi lilin untuk mencegah kebusukan.
5. Lakukan penyiraman setiap hari seraya menjaga media tanam tetap lembab
6. Umur 45 hari, bahan stek memiliki perkaran dalam jumlah banyak
7. Sa’at itu bahan stek siap dipindah kelahan baru atau pot dengan media normal.


Bibit tanaman buah tin baik dari hasil cangkokan maupun stek lebih efesien ditanam dipot dibanding ditanam dalam lahan terbuka, terutama untuk kalangan warga perkotaan yang memiliki lahan sempit.
Menamam dalam pot media tanam yang disiapkan adalah campuran tanah, cocopeat, kotoran kambing dan sekam mentah dengan perbandingan 1:1:1:1. Media tanam ini diamsukkan kedalam pot dengan diameter 30-50 cm. Bahan pot dari smen, plastik, seng atau lainnya. Setelah media siap bibit buah tin dari cangkokan maupun stek ditanam didalamnya, perwatan cukup menyiram setiap 1-3 hari sekali. Agar pertumbuhan sempurna setiap 6 bulan sekali diberi kotoran kambing, cukup ditebar pada permukaan media tnama dan diaduk sedikit. Ketika berumur 4 bulan buah tin sudah mulai menghasilkan.[sumber agrobisnis Ed933]

Selamat bertanam buah tin semoga bermanfa’at.
Baca Selengkapnya »»  

Cara Budidaya Buah Leci

 Cara Budidaya Buah Leci

Cara Budidaya Buah Leci

Penyiapan Lahan

Lahan yang akan digunakan untuk budi daya tanaman leci perlu disiapkan sebaik-baiknya. Tanah diolah secara keseluruhan dengan cara dibajak atau dicangkul sedalam 30 cm. Namun, pada tanah yang subur dapat langsung dibuat lubang tanam untuk menghemat biaya tenaga kerja.
Ukuran lubang tanam adalah 60 cm x 60 cm x 60 cm dengan jarak antar lubang 10 m x 12 m atau 12 m x 14 m atau 10-12 m x 12-14 m.
Membuat lubang tanam sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan atau 2-4 minggu menjelang tanam. Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan cara sebagai berikut.

  • Buat lubang dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 30 cm. Tanah lapisan atas diletakkan di tempat yang terkena sinar matahari pagi.
  • Lubang diperdalam hingga berukuran 60 cm x 60 cm x 60 Cm. Tanah lapisan bawah diletakkan di tempat yang terkena sinar matahari siang terpisah dari tempat timbunan tanah lapisan atas.
  • Lubang tanam dikering anginkan selama ± 2 minggu agar gas-gas beracun dalam tanah menguap.
  • Tanah galian lapisan bawah dimasukkan kembali ke tempat asal atau dasar lubang.
  • Tanah galian lapisan atas dicampur dengan pupuk kandang matang sebanyak 20-40 kg, 1/2 Kg urea dan kapur pertanian 4 kg per lubang tanam, kemudian dimasukkan kembali ke lubang tanam.

Penyiapan Bibit

Bibit leci yang balk adalah bibit yang berumur 1-1.5 tahun, memiliki pertumbuhan sehat dan normal, Berta berukuran seragam. Sebulan sebelum tanam sebaiknya bibit diadaptasikan terlebih dahulu di sekitar lokasi kebun agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan setempat.
Kebutuhan bibit leci per satuan luas lahan tergantung pada jarak tanam dan kesuburan tanah. Untuk lahan seluas satu hektar dengan jarak tanam 14 m x 14 m atau 12 m x 12 m dibutuhkan bibit Ieci berkisar 50-70 batang.

Penanaman

Waktu tanam yang paling baik adalah pada awal musim hujan. Meskipun demikian, di daerah-daerah yang cukup air dapat dilakukan penanaman setiap waktu atau musim.
Proses penanaman bibit leci adalah sebagai berikut.

  • Media tanam dalam polibag yang berisi bibit leci disiram dengan air bersih hingga cukup basah (lembap), kemudian polibag disobek untuk mengeluarkan bibit bersama akar dan medianya.
  • Bibit tanaman Ieci ditanam tepat di tengah lubang tanam. Tanah di sekitar pangkal batang bibit ditekan atau dipadatkan pelan-pelan.
  • Tanah di sekeliling pangkal batang bibit leci disiram dengan air bersih hingga cukup basah atau lembap.
  • Ajir setinggi 50-150 cm ditancapkan dekat pangkal batang sebagai penopang bibit leci agar tidak mudah rebah diterpa angin. 
Penyiraman (Pengairan)
Penyiraman atau pengairan bertujuan untuk menjaga agar tanaman leci tidak layu, mengatur temperatur tanah, melarutkan zat-zat makanan yang diperlukan oleh tanaman, dan menjaga kelembapan tanah. Tanaman leci yang berumur di bawah tiga tahun membutuhkan cukup air, sedangkan tanaman dewasa sudah mampu mencari air karena mempunyai perakaran yang dalam dan dapat menembus air tanah.
Penyiraman (pengairan) pada tanaman muda perlu dilakukan secara kontinyu 1-2 kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari, terutama pada saat tidak hujan. Penyiraman pada tanaman dewasa secara berangsur-angsur dikurangi atau disesuaikan dengan keadaan pertumbuhan tanaman.
Cara penyiraman dapat dipilih alternatifsebagai berikut: menggunakan ember keeil. gayung, atau gembor yang telah diisi air, kemudian air disiramkan pada tanah di sekitar tanaman leci hingga cukup basah atau lembab; mengalirkan air dari sumber pengairan ke lokasi kebun melalui slang plastik, kemudian disiramkan atau disemprotkan pada tanah di sekeliling tajuk tanaman leci; atau mernbuat bak penampung air (semacam roller), kemudian air disalurkan melalui pipa atau slang plastik ke parit-parit di sekeliling pohon leci.
Penyulaman
Penyulaman bertujuan untuk menjagan jumlah tanaman leci persatuan luas lahan sesuai dengan populasi yang tepat berdasarkan perhitungan jarak tanam.
Waiktu menyulam yang paling baik adalah pada musim hujan agar tanaman leci cepat menyesuaikan diri dengan tanaman yang ditanam terdahulu dan menjaga aga agar tanaman tersebut tidak mengalami kekeringan
Penyulaman dilakukan dengan cara membongkar tanaman leci yang tumbuh abnormal atau mati, kemudian digantikan oleh bibit yang sehat.
Pemasangan Mulsa
Pemberian mulsa bertujuan untuk menjaga kestabilan kelembapan tanah, menekan pertumbuhan gulma, menguranggi penguapan air dari dalam tanah, dan menyuburkan tanah pada bidang perakaran tanaman leci. Mulsa yang umum digunakan adalah jerami padi atau rumput kering. Pemasangan mulsa dilakukan segera setelah penanaman. Cara memasang mulsa adalah dengan mengliamparkan jerami padi atau rumput kering setebal 3-5 cm, menutup perinukaan tanah di sekeliling tajuk tanaman leci.
Penyiangan dan Penggemburan Tanah
Penyiangan bertujuan untuk membersihkan gulma atau rumput liar yang menjadi pesaing tanaman leci dalam hal kebutuhan unsur tiara, air, dan sinar matahari. Balikan, gulma seringy menjadi sarang hama dan penyakit. Penyiangan pertama biasanya dilakukan dua minggu setelah tanam, sambi menggemburkan tanah. Penyiangan berikutnya dilakukan 1 - 2 bulan kemudian, disesuaikan dengan pertumbuhan leci.
Penyiangan dilakukan pada cara membersihkan tanaman gulma yang tumbuh di sekitar batang atau tajuk leci, kemudian menimbunnya pada lubang untuk dijadikan ompos.
Pemupukan
Pemupukan mutlak diperlukan untuk menjamin pertumbuhan dan produksi buah leci. Jenis pupuk yang diberikan adalah pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik dapat berupa kotoran ternak, kompos, dan pupuk organik khusus buatan pabrik. Pupuk anorganik atau pupuk buatan pabrik yang digunakan dapat berupa pupuk tunggal, misalnya Urea, TSP, KCI, dan pupuk majemuk, misalnya NPK (15 – 15 – 15).
Pemupukan tanaman leci dilakukan mengikuti face pertumbuhan tanaman, sebagai berikut.

  • Pemupukan tanaman muda (di bawah umur tiga tahun), dilakukan mulai umur sebulan setelah tanam, yaitu dengan 20 g Urea + 20 g TSP + 10 g KCl/pohon. Pemupukan berikutnya dilakukan pada umur dua bulan dengan pupuk yang terdiri alas 20 g Urea + 20 g TSP + 10 g KCl/pohon. Pemupukan berikutnya dilakukan setiap empat bulan dengan peningkatan dosis pupuk 10-20% dari dosis sebelumnya.
  • Pemupukan tanaman dewasa yang telah berbuah, dilakukan 2-3 kali/tahun, yaitu pada saat tumbuh pucuk (trubus) atau tiga bulan menjelang pembungaan, ketika buah mulai besar, dan selesai buah dipanen. Jenis dan dosis pupuk disesuaikan dengan umur atau tase pertumbuhan tanaman leci. 

Pemupukan tanaman leci dilakukan dengan cara sebagai berikut. Mula-mula, dibuat parit atau larikan selebar 15-20 cm dengan kedalaman lebill kurang 30 cm di sekeliling tajuk tanaman, kemudian pupuk ditaburkan secara merata dan ditutup dengan tanah setebal 20-30 cm. Pupuk tersebut tidak menguap dan dapat kontak langsung dengan air tanah, sehingga segera dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
Pemupukan juga dapat dilakukan dengan melarutkan pupuk dalam air, misalnya 5 kg NPK dilarutkan dalam 200 liter air, kemudian disiramkan pada tanah di sekeliling tajuk tanaman leci. Takaran larutan pupuk berkisar antara 20-30 liter per potion atau disesuaikan dengan pertumbuhan tanaman.

Baca Selengkapnya »»  

Cara Menanam Buah Nanas Untuk diBudidayakan

Cara Menanam Buah Nanas Untuk diBudidayakan

Cara Menanam Buah Nanas Untuk diBudidayakan
NANAS
Ananas comosus L. Merr

A. KLASIFIKASI

Sinonim : Bromelia comosa L, Ananas sativus (Lindley) Schulters f,
Ananassa sativa Lindl, Bromeliad
Sifat Terestrial (tumbuh di tanah dengan menggunakan akar)
Kingdom : Plantae (tumbuhan-tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Liliopsida (monokotil)
Sub-kelas : Commelinidae
Ordo : Bromeliales
Familia : Bromeliaceae
Genus : Ananas
Spesies : Ananas comosus Merr
maui-gold-pineapple-on-plate1

Nanas (biasa juga disebut bromeliad) memiliki lebih dari 2.400 kerabat yang sebagian besar berpenampilan cantik. Kerabat dekat spesies nanas cukup banyak, terutama nanas liar yang biasa dijadikan tanaman hias, misalnya A. braceteatus (Lindl) Schultes, A. Fritzmuelleri, A. erectifolius L.B. Smith, dan A. ananassoides (Bak) L.B. Smith. Berdasarkan habitus tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis golongan nenas, yaitu :
Cayene (daun halus, tidak berduri, buah besar), Queen (daun pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut), Spanyol/Spanish (daun panjang kecil, berduri halus sampai kasar, buah bulat dengan mata datar) dan Abacaxi (daun panjang berduri kasar, buah silindris atau seperti piramida).
Varietas cultivar nanas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan Cayene dan Queen. Dewasa ini ragam varietas/cultivar nanas yang dikategorikan unggul adalah nenas Bogor, Subang dan Palembang.

B. MORFOLOGI

Ananas comosus (L.) Merr. adalah sejenis tumbuhan tropis yang berasal dari Brazil, Bolivia, dan Paraguay. Tumbuhan ini termasuk dalam familia nanas-nanasan (Famili Bromeliaceae). Perawakan (habitus) tumbuhannya rendah, herba (menahun) dengan 30 atau lebih daun yang panjang, berujung tajam, tersusun dalam bentuk roset mengelilingi batang yang tebal. Burung penghisap madu (hummingbird) merupakan penyerbuk alamiah dari buah ini, meskipun berbagai serangga juga memiliki peran yang sama.
Buah nanas sebagaimana yang dijual orang bukanlah buah sejati, melainkan gabungan buah-buah sejati (bekasnya terlihat dari setiap ’sisik’ pada kulit buahnya) yang dalam perkembangannya tergabung — bersama-sama dengan tongkol (spadix) bunga majemuk — menjadi satu ‘buah’ besar. Nanas yang dibudidayakan orang sudah kehilangan kemampuan memperbanyak secara seksual, namun ia mengembangkan tanaman muda (bagian ‘mahkota’ buah) yang merupakan sarana perbanyakan secara vegetatif.
Nenas merupakan tanaman buah yang selalu tersedia sepanjang tahun. Herba tahunan atau dua tahunan, tinggi 50-150 cm, terdapat tunas merayap pada bagian pangkalnya. Daun berkumpul dalam roset akar dan pada bagian pangkalnya melebar menjadi pelepah. Helaian daun bentuk pedang, tebal, liat, panjang 80-120 cm, lebar 2-6 cm, ujung lancip menyerupai duri, tepi berduri tempel yang membengkok ke atas, sisi bawah bersisik putih, berwarna hijau atau hijau kemerahan. Bunga majemuk tersusun dalam bulir yang sangat rapat, letaknya terminal dan bertangkai panjang. Buahnya buah buni majemuk, bulat panjang, berdaging, berwarna hijau, jika masak warnanya menjadi kuning. Buah nenas rasanya enak, asam sampai manis. Bijinya kecil, seringkali tidak jadi. Tanaman buah nanas dapat diperbanyak dengan mahkota, tunas batang, stek atau tunas ketiak daunnya.

C. SYARAT TUMBUH

1. Iklim
1. Tanaman nanas dapat tumbuh pada keadaan iklim basah maupun kering.
2. Pada umumnya tanaman nanas ini toleran terhadap kekeringan serta memiliki kisaran curah hujan yang luas sekitar 1000-1500 mm/tahun. Akan tetapi tanaman nanas tidak toleran terhadap hujan salju karena rendahnya suhu.
3. Tanaman nanas dapat tumbuh dengan baik dengan cahaya matahari rata-rata 33-71% dari kelangsungan maksimumnya, dengan angka tahunan rata-rata 2000 jam.
4. Suhu yang sesuai untuk budidaya tanaman nanas adalah 23-32 derajat C, tetapi juga dapat hidup di lahan bersuhu rendah sampai 10 derajat C.

2. Media Tanam
1. Pada umumnya hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok untuk tanaman nanas. Meskipun demikian, lebih cocok pada jenis tanah yang mengandung pasir, subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik serta kandungan kapur rendah.
2. Derajat keasaman yang cocok adalah dengan pH 4,5-6,5. Tanah yang banyak mengandung kapur (pH lebih dari 6,5) menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan klorosis. Sedangkan tanah yang asam (pH 4,5 atau lebih rendah) mengakibatkan penurunan unsur Fosfor, Kalium, Belerang, Kalsium, Magnesium, dan Molibdinum dengan cepat.
3. Air sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman nanas untuk penyerapan unsur-unsur hara yang dapat larut di dalamnya. Aerasi dan drainasenya harus baik, sebab tanaman yang terendam akan sangat mudah terserang busuk akar. Nanas sangat suka jika ditanam di tempat yang agak miring, sehingga begitu ada air yang melimpah, begitu cepat pula tanah tersebut menjadi kering.

3. Ketinggian Tempat
Nanas cocok ditanam di ketinggian 800-1200 m dpl. Pertumbuhan optimum tanaman nanas antara 100-700 m dpl.

D. BUDIDAYA NANAS

1. Pembibitan

Keberhasilan penanaman nanas sangat ditentukan oleh kualitas bibit. Nanas dapat dikembangbiakan dengan cara vegetatif dan generatif. Cara vegetatif digunakan adalah tunas akar, tunas batang, tunas buah, mahkota buah dan stek batang. Cara generatif dengan biji yang ditumbuhkan dengan persemaian, (jarang digunakan). Kualitas bibit yang baik harus berasal dari tanaman yang pertumbuhannya normal, sehat serta bebas dari hama dan penyakit.

1) Persyaratan Benih
Bibit yang baik harus mempunyai daun-daun yang nampak tebal-tebal penuh berisi, bebas hama dan penyakit, mudah diperoleh dalam jumlah banyak, pertumbuhan relatif seragam serta mudah dalam pengangkutan terutama untuk bibit stek batang.

2) Penyiapan Benih
Benih nanas dari biji (generatif) jarang digunakan karena membutuhkan teknik khusus dan beberapa jenis nanas tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri dan tidak menghasilkan biji. Cara perbanyakan secara vegetatif (tunas akar) mempunyai ciri khusus: tunas yang tumbuh dari bagian batang yang terletak di dalam tanah, jumlah tunas akar per rumpun relatif sedikit, bentuk daun lebih langsing, masa remaja tunas akar relatif pendek. Cara vegetatif lain (tunas batang) mempunyai ciri-ciri tunas yang tumbuh dari batang dan jumlah tunas per rumpun relatif sedikit. Tunas batang mempunyai ciri-ciri tunas yang tumbuh pada tangkai buah di bawah tangkai buah dan di atas tunas batang, jumlah tunas buah per tanaman relatif banyak hingga mencapai 10 tunas dan ukuran tunas yang bervariasi tergantung dari pertumbuhan tanaman. Untuk cara vegetatif dengan mahkota buah ciri-cirinya adalah tunas yang ditumbuhkan dari mata tunas yang non-aktif pada batang, kemudian disemaikan dalam media steril dengan perlakuan khusus serta jumlah bibit yang dihasilkan banyak, seragam, dan mudah dalam pengangkutan.
Penyiapan benih (bibit) untuk tanaman nanas dibedakan menjadi bibit tunas batang dan bibit nanas dari stek. Penyiapan bibit tunas batang: memilih tunas batang pada pohon induk yang sedang berbuah/setelah panen. Tunas batang yang baik adalah panjang 30-35 cm. Daun-daun dekat pangkal pohon dipotong untuk mengurangi penguapan dan mempermudah pengangkutan, setelah itu biarkan selama beberapa hari di tempat teduh dan bibit siap angkut ke tempat penanaman langsung segera ditanam.
Untuk penyiapan bibit nanas dari stek, langkah pertama yang dilakukan adalah memotong batang nanas yang sudah dipanen buahnya sepanjang 2,5 cm, kemudian potongan dibelah menjadi 4 bagian yang mengandung mata tunas. Media semai berupa pasir bersih dalam bak tanam. Bibit yang dihasilkan dengan tinggi 25-35 cm atau berumur 3-5 bulan dicabut, ditanam di kebun. Bila bibit akan diangkut dalam jarak jauh, akar-akarnya dibungkus dengan humus lembab.

3) Teknik Penyemaian
Persemaian untuk nanas memerlukan perlakuan khusus. Akan lebih baik apabila dioleskan zat perangsang akar (mis; Rootone) pada permukaan belahan batang untuk mempercepat pertumbuhan akar. Belahan batang pada bak persemaian disemaikan sedalam 1,5 - 2,5 cm dan jarak tanam 5-10 cm. Kondisi media persemaian dijaga agar tetap lembab dan sirkulasi udara baik, dengan menutup bak persemaian dengan lembar plastik tembus cahaya (bening).
Stek batang nanas dibiarkan bertunas dan berakar. Media persemaian disuburkan dengan pupuk kandang. Campuran media berupa tanah halus, pasir dan pupuk kandang halus (1:1:1) atau pasir dengan pupuk kandang halus (1:1).

4) Pemeliharan Pembibitan
Pemeliharaan pembibitan/persemaian penyiraman dilakukan secara berkala dijaga agar kondisi media tanam selalu lembab dan tidak kering supaya bibit tidak mati. Pemupukan dilakukan dengan pemberian pupuk kandang dengan perbandingan kadar yang sudah ditentukan. Penjarangan dan pemberian pestisida dapat dilakukan jika diperlukan. Pemindahan bibit dapat dilakukan jika ukuran tinggi bibit mencapai 25-30 cm atau berumur 3-5 bulan.

2. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan Lahan
Penanaman nanas dapat dilakukan pada lahan tegalan atau ladang. Waktu persiapan dan pembukaan lahan yang paling baik adalah disaat waktu musim kemarau, dengan membuang pepohonan yang tidak diperlukan. Pengolahan tanah dapat dilakukan pada awal musim hujan.
Tanah diolah dengan dicangkul/dibajak sedalam 30-40 cm hingga gembur. Biarkan tanah menjadi kering minimal selama 15 hari agar tanah benarbenar matang dan siap ditanami.

2) Pembentukan Bedengan
Pembentukan bedengan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk kedua kalinya yang sesuai dengan sistem tanam yang dipakai. Sistem petakan cukup dengan cara meratakan tanah, kemudian di sekililingnya dibuat saluran pemasukan dan pembuangan air. Sistem bedengan dilakukan dengan cara membuat bedengan-bedengan selebar 80-120 cm, jarak antar bedengan 90-150 cm atau variasi lain sesuai dengan sistem tanam. Tinggi petakan atau bedengan adalah antara 30-40 cm atau menyesuaikan.
Derajat kemasaman tanah yang sesuai untuk tanaman nanas adalah 4,5-6,5. Pengapuran tanah dilakukan dengan Calcit atau Dolomit atau Zeagro atau bahan kapur lainnya dengan cara ditaburkan merata dan dicampurkan dengan lapisan tanah atas terutama tanah-tanah yang bereaksi asam (pH dibawah 4,5). Dosis kapur disesuaikan dengan pH tanah, namun umumnya berkisar antara 2-4 ton/ha. Bila tidak turun hujan, setelah pengapuran segera dilakukan pengairan tanah agar kapur cepat melarut.

3) Pemupukan
Dalam penanaman nanas dilakukan pemberian pupuk kandang dengan dosis 20 ton per hektar. Cara pemberian: dicampurkan merata dengan lapisan tanah atas atau dimasukkan per lubang tanam. Juga digunakan pupuk anorganik NPK dan urea. Nitrogen (N) sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, fosfor diperlukan selama beberapa bulan pada awal pertumbuhan sedangkan Kalium diperlukan untuk perkembangan buah, khususnya nanas. Pupuk urea penggunaannya dikombinasikan dengan perangsang pembungaan.

3. Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanam
Pola tanam merupakan pengaturan tata letak tanaman dan urutan jenis tanaman dengan waktu tertentu, dalam kurun waktu setahun. Dalam teknik penanaman nanas ada beberapa sistem tanam, yaitu:
o sistem baris tunggal atau persegi dengan jarak tanam 150 x 150 cm baik dalam maupun antar barisan; 90 x 30 cm jarak dalam barisan 30 cm, dan jarak antar barisan adalah 90 cm.
o Sistem baris rangkap dua dengan jarak tanam 60 x 60 cm, dan jarak antar barisan sebelah kiri dan kanan dari 2 barisan adalah 150 cm dan jarak tanam 45 x 30 cm, dan jarak antar barisan tanaman sebelah kiri dan kanan dari 2 barisan tanaman adalah 90 cm.
o Sistem baris rangkap tiga dengan jarak tanam 30 x 30 cm membentuk segitiga sama sisi dengan jarak antar barisan sebelah kiri/ kanan dari 3 barisan tanaman: 90 cm dan jarak tanam 40 x 30 cm dengan jarak antar barisan sebelah kiri/kanan dari 3 barisan adalah 90 cm.
o sistem baris rangkap empat dengan jarak 30 x 30 cm dan jarak antar barisan sebelah kiri/kanan dari 4 barisan tanaman 90 cm.

2) Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam pada jarak tanam yang dipilih sesuai dengan sistem tanam. Ukuran lubang tanam: 30 x 30 x 30 cm. Untuk membuat lubang tanam digunakan pacul, tugal atau alat lain.

3) Cara Penanaman
Penanaman yang baik dilakukan pada awal musim hujan. Langkah-langkah yang dilakukan: (1) membuat lubang tanam sesuai dengan jarak dan sistem tanam yang dipilih; (2) mengambil bibit nanas sehat dan baik dan menanam bibit pada lubang tanam yang tersedia masing-masing satu bibit per lubang tanam; (3) tanah ditekan/dipadatkan di sekitar pangkal batang bibit nanas agar tidak mudah roboh dan akar tanaman dapat kontak langsung dengan air tanah; (4) dilakukan penyiraman hingga tanah lembab dan basah; (5) penanaman bibit nanas jangan terlalu dalam, 3-5 cm bagian pangkal batang tertimbun tanah agar bibit mudah busuk.

4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan nanas tidak dilakukan karena tanaman nanas spesifik dan tidak berbentuk pohon. Kegiatan penyulaman nanas diperlukan untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh dengan baik dengan harapan memperoleh hasil tanaman yang seragam dan serempak.

2) Penyiangan
Penyiangan diperlukan untuk membersihkan kebun nanas dari rumput liar dan gulma pesaing tanaman nanas dalam hal kebutuhan air, unsur hara dan sinar matahari. Rumput liar sering menjadi sarang dari dan penyakit. Waktu penyiangan tergantung dari pertumbuhan rumput liar di kebun, namun untuk menghemat biaya penyiangan dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemupukan. Cara penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput dengan tangan/kored/cangkul. Tanah di sekitar bedengan digemburkan dan ditimbunkan pada pangkal batang nanas sehingga membentuk guludan.

3) Pembubunan
Pembubunan diperlukan dalam penanaman nanas, dilakukan pada tepi bedengan yang seringkali longsor ketika diairi. Pembubunan sebaiknya mengambil tanah dari selokan atau parit di sekeliling bedengan, agar bedengan menjadi lebih tinggi dan parit menjadi lebih dalam, sehingga drainase menjadi normal kembali. Pembubunan berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah dan akar yang keluar di permukaan tanah tertutup kembali sehingga tanaman nanas berdiri kuat.
4) Pemupukan
Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 2-3 bulan dengan pupuk buatan. Pemupukan susulan berikutnya diulang tiap 3-4 bulan sekali sampai tanaman berbunga dan berbuah. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan adalah: ZA 100 kg + TSP atau SP-36 60 kg + KCl 50 kg per hektar. Pupuk susulan diulang setiap 4 bulan sekali dengan dosis yang sama.
1. Pada umur 6 bulan dipupuk kandang 10 ton/ha. Cara pemberian pupuk dibenamkan/dimasukkan ke dalam parit sedalam 10-15 cm diantara barisan tanaman nanas, kemudian tutup dengan tanah. Cara lain: disemprotkan pada daun terutama pupuk 900 liter larutan Nitrogen dengan dosis 40 gram Urea per liter atau urea per hektar.
2. KCL sangat berguna untuk menghasilkan rasa buah yang manis dan legit. TSP untuk kematangan pohon dan jenis buah yang bagus. Urea untuk pertumbuhan akar dan daun

5) Pengairan dan Penyiraman
Sekalipun tanaman nanas tahan terhadap iklim kering, namun untuk pertumbuhan tanaman yang optimal diperlukan air yang cukup. Pengairan/penyiraman dilakukan 1-2 kali dalam seminggu atau tergantung keadaan cuaca. Tanaman nanas dewasa masih perlu pengairan untuk merangsang pembungaan dan pembuahan secara optimal. Tanah yang terlalu kering dapat menyebabkan pertumbuhan nanas kerdil dan buahnya kecil-kecil.

5. Panen

Panen buah nanas dilakukan setelah nanas berumur 12-24 bulan, tergantung dari jenis bibit yang digunakan. Bibit yang berasal dari mahkota bunga berbuah pada umur 24 bulan, hingga panen buah setelah berumur 24 bulan. Tanaman yang berasal dari tunas batang dipanen setelah umur 18 bulan, sedangkan tunas akar setelah berumur 12 bulan. Ciri-ciri buah nanas yang siap dipanen:
a. Mahkota buah terbuka.
b. Tangkai ubah mengkerut.
c. Mata buah lebih mendatar, besar dan bentuknya bulat.
d. Warna bagian dasar buah kuning.
e. Timbul aroma nanas yang harum dan khas.

Jika buah telah siap dipanen, biasanya akan tumbuh bibit/anakan nenas dibawah pohon induk/utama yang biasa disebut “bibit ketiak”. Sehingga nenas dipanen dengan menebang pohon induk/utamanya, tetapi tetap membiarkan anakan nenas tumbuh disamping/dibawahnya.
Nanas dipanen dengan cara pangkal tangkai buah dipotong mendatar/miring dengan pisau tajam dan steril. Pemanenan dilakukan secara hati-hati agar tidak rusak dan memar.
Tanaman yang sudah berumur 4-5 tahun perlu diremajakan karena pertumbuhannya lambat dan buahnya kecil. Cara peremajaan adalah membongkar seluruh tanaman nanas untuk diganti dengan bibit yang baru.

Potensi produksi per hektar pada tanaman nanas yang dibudidayakan intensif dapat mencapai 38-75 ton/hektar. Pada umumnya rata-rata 20 ton/hektar, tergantung jenis nanas dan sistem tanam.
Baca Selengkapnya »»  

Cara Budidaya Buah Apel

Cara Budidaya Buah Apel
Apel
( Malus sylvestris Mill )
Cara Budidaya Buah Apel

I. UMUM
1.1. Sejarah Singkat
Apel merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia Barat dengan iklim sub tropis. Di Indonesia apel telah ditanam sejak tahun 1934 hingga saat ini.

1.2. Sentra Penanaman
Di Indonesia, apel dapat tumbuh dan berbuah baik di daerah dataran tinggi. Sentra produksi apel di adalah Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan (Nongkojajar), Jatim. Di daerah ini apel telah diusahakan sejak tahun 1950, dan berkembang pesat pada tahun 1960 hingga saat ini. Selain itu daerah lain yang banyak dinanami apel adalah Jawa Timur (Kayumas-Situbondo, Banyuwangi), Jawa Tengah (Tawangmangu), Bali (Buleleng dan Tabanan), Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan. Sedangkan sentra penanaman dunia berada di Eropa, Amerika, dan Australia.

1.3. Jenis Tanaman
Menurut sistematika, tanaman apel termasuk dalam:
a) Divisio : Spermatophyta
b) Subdivisio : Angiospermae
c) Klas : Dicotyledonae
d) Ordo : Rosales
e) Famili : Rosaceae
f) Genus : Malus
g) Spesies : Malus sylvestris Mill

Dari spesies Malus sylvestris Mill ini, terdapat bermacam-macam varietas yang memiliki ciri-ciri atau kekhasan tersendiri. Beberapa varietas apel unggulan antara lain: Rome Beauty, Manalagi, Anna, Princess Noble dan Wangli/Lali jiwo.

1.4. Manfaat Tanaman
Apel mengandung banyak vitamin C dan B. Selain itu apel kerap menjadi pilihan para pelaku diet sebagai makanan substitusi.

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a. Curah hujan yang ideal adalah 1.000-2.600 mm/tahun dengan hari hujan 110-150 hari/tahun. Dalam setahun banyaknya bulan basah adalah 6-7 bulan dan bulan kering 3-4 bulan. Curah hujan yang tinggi saat berbunga akan menyebabkan bunga gugur sehingga tidak dapat menjadi buah.
b. Tanaman apel membutuhkan cahaya matahari yang cukup antara 50-60% setiap harinya, terutama pada saat pembungaan.
c. Suhu yang sesuai berkisar antara 16-27 derajat C.
d. Kelembaban udara yang dikehendaki tanaman apel sekitar 75-85%.

2.2. Media Tanam
a. Tanaman apel tumbuh dengan baik pada tanah yang bersolum dalam, mempunyai lapisan organik tinggi, dan struktur tanahnya remah dan gembur, mempunyai aerasi, penyerapan air, dan porositas baik, sehingga pertukaran oksigen, pergerakan hara dan kemampuan menyimpanan airnya optimal.
b. Tanah yang cocok adalah Latosol, Andosol dan Regosol.
c. Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk tanaman apel adalah 6-7 dan kandungan air tanah yang dibutuhkan adalah air tersedia.
d. Dalam pertumbuhannya tanaman apel membutuhkan kandungan air tanah yang cukup.
e. Kelerengan yang terlalu tajam akan menyulitkan perawatan tanaman, sehingga bila masih memungkinkan dibuat terasering maka tanah masih layak ditanami.

2.3. Ketinggian Tempat
Tanaman apel dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian 700-1200 m dpl. dengan ketinggian optimal 1000-1200 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
Perbanyakan tanaman apel dilakukan secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan yang baik dan umum dilakukan adalah perbanyakan vegetatif, sebab perbanyakan generatif memakan waktu lama dan sering menghasilkan bibit yang menyimpang dari induknya.

Teknik perbanyakan generatif dilakukan dengan biji, sedangkan perbanyakan vegetatif dilakukan dengan okulasi atau penempelan (budding), sambungan (grafting) dan stek.

3.1.1. Persyaratan Benih
Syarat batang bawah: merupakan apel liar, perakaran luas dan kuat, bentuk pohon kokoh, mempunyai daya adaptasi tinggi. Sedangkan syarat mata tunas adalah berasal dari batang tanaman apel yang sehat dan memilki sifat-sifat unggul.

3.1.2. Penyiapan Benih
Penyiapan benih dilakukan dengan cara perbanyakan batang bawah dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Anakan / siwilan 
1. Ciri anakan yang diambil adalah tinggi 30 cm, diameter 0,5 cm dan kulit batang kecoklatan.
2. Anakan diambil dari pangkal batang bawah tanaman produktif dengan cara menggali tanah disekitar pohon, lalu anakan dicabut beserta akarnya secara berlahan-lahan dan hati-hati.
3. Setelah anakan dicabut, anakan dirompes dan cabang-cabang dipotong, lalu ditanam pada bedengan selebar 60 cm dengan kedalaman parit 40 cm.

b. Rundukan (layering) 
1. Bibit hasil rundukan dapat diperoleh dua cara yaitu: 
 Anakan pohon induk apel liar: anakan yang agak panjang direbahkan melekat tanah, kemudian cabang dijepit kayu dan ditimbun tanah; penimbunan dilakukan tiap 2 mata; bila sudah cukup kuat, tunas dapat dipisahkan dengan cara memotong cabangnya.
 Perundukan tempelan batang bawah: dilakukan pada waktu tempelan dibuka (2 minggu) yaitu dengan memotong 2/3 bagian penampang batang bawah, sekitar 2 cm diatas tempelan; bagian atas keratan dibenamkan dalam tanah kemudian ditekuk lagi keatas. Pada tekukan diberi penjepit kayu atau bambu.
2. Setelah rundukan berumur sekitar 4 bulan, dilakukan pemisahan bakal bibit dengan cara memotong miring batang tersebut dibawah keratan atau tekukan. Bekas luka diolesi defolatan.

c. Stek
Stek apel liar berukuran panjang 15-20 cm ( diameter seragam dan lurus), sebelum ditanam bagian bawah stek dicelupkan ke larutan Roton F untuk merangsang pertumbuhan akar. Jarak penanaman 30 x 25 cm, tiap bedengan ditanami dua baris. Stek siap diokulasi pada umur 5 bulan, diameter batang ± 1 cm dan perakaran cukup cukup kuat.

3.1.3. Teknik Pembiitan
a. Penempelan 
1. Pilih batang bawah yang memenuhi syarat yaitu telah berumur 5 bulan, diameter batang ± 1 cm dan kulit batangnya mudah dikelupas dari kayu.
2. Ambil mata tempel dari cabang atau batang sehat yang berasal dari pohon apel varietas unggul yang telah terbukti keunggulannya. Caranya adalah dengan menyayat mata tempel beserta kayunya sepanjang 2,5-5 cm (Matanya ditengah-tengah). Kemudian lapisan kayu dibuang dengan hati-hati agar matanya tidak rusak
3. Buat lidah kulit batang yang terbuka pada batang bawah setinggi ± 20 cm dari pangkal batang dengan ukuran yang disesuaikan dengan mata tempel. Lidah tersebut diungkit dari kayunya dan dipotong setengahnya.
4. Masukkan mata tempel ke dalam lidah batang bawah sehingga menempel dengan baik. Ikat tempelan dengan pita plastik putih pada seluruh bagian tempelan.
5. Setelah 2-3 minggu, ikatan tempelan dapat dibuka dan semprot/ kompres dengan ZPT. Tempelan yang jadi mempunyai tanda mata tempel berwarna hijau segar dan melekat.
6. Pada okulasi yang jadi, kerat batang sekitar 2 cm diatas okulasi dengan posisi milintang sedikit condong keatas sedalam 2/3 bagian penampang. Tujuannya untuk mengkonsentrasikan pertumbuhan sehingga memacu pertumbuhan mata tunas.

b. Penyambungan 
1. Batang atas (entres) berupa cabang (pucuk cabang lateral).
2. Batang bawah dipotong pada ketinggian ± 20 cm dari leher akar.
3. Potong pucuknya dan belah bagian tengah batang bawah denngan panjang 2-5 cm.
4. Cabang entres dippotong sepanjang ± 15 cm (± 3 mata), daunnya dibuang, lalu pangkal batang atas diiris berbentuk baji. Panjang irisan sama dengan panjang belahan batang bawah.
5. Batang atas disisipkan ke belahan batang bawah, sehingga kambium keduanya bisa bertemu.
6. Ikat sambungan dengan tali plastik serapat mungkin.
7. Kerudungi setiap sambungan dengan kantung plastik. Setelah berumur 2-3 minggu, kerudung plastik dapat dibuka untuk melihat keberhasilan sambungan. 

3.1.4. Pemeliharaan pembibitan
Pemeliharaan batang bawah meliputi 
a) Pemupukan: dilakukan 1-2 bulan sekali dengan urea dan TSP masing-masing 5 gram per tanaman ditugalkan (disebar mengelilingi) di sekitar tanaman.
b) Penyiangan: waktu penyiangan tergantung pada pertumbuhan gulma.
c) Pengairan: satu minggu sekali (bila tidak ada hujan)
d) Pemberantasan hama dan penyakit: disemprotkan pestisida 2 kali tiap bulan dengan memperhatikan gejala serangan. Fungisida yang digunakan adalah Antracol atau Dithane, sedangkan insektisida adalah Supracide atau Decis. Bersama dengan ini dapat pula diberikan pupuk daun, ditambah perekat Agristic.

3.1.5. Pemindahan Bibit
Bibit okulasi grafting (penempelan dan sambungan) dapat dipindahkan ke lapang pada umur minimal 6 bulan setelah okulasi, dipotong hingga tingginya 80-100 cm dan daunnya dirompes.

3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Persiapan
Persiapan yang diperlukan adalah persiapan pengolahan tanah dan pelaksanaan survai. Tujuannya untuk mengetahui jenis tanaman, kemiringan tanah, keadaan tanah, menentukan kebutuhan tenaga kerja, bahan paralatan dan biaya yang diperlukan. 

3.2.2. Pembukaan Lahan
Tanah diolah dengan cara mencangkul tanah sekaligus membersihkan sisa-sisa tanaman yang masih tertinggal 

3.2.3. Pembentukan Bedengan
Pada tanaman apel bedeng hampir tidak diperlukan, tetapi hanya peninggian alur penanaman.

3.2.4. Pengapuran
Pengapuran bertujuan untuk menjaga keseimbangan pH tanah. Pengapuran hanya dilakukan apabila ph tanah kurang dari 6.

3.2.5. Pemupukan
Pupuk yang diberikan pada pengolahan lahan adalah pupuk kandang sebanyak 20 kg per lubang tanam yang dicampur merata dengan tanah, setelah itu dibiarkan selama 2 minggu.

3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanam
Tanaman apel dapat ditanam secara monokultur maupun intercroping. Intercroping hanya dapat dilakukan apabila tanah belum tertutup tajuk-tajuk daun atau sebelum 2 tahun. Tapi pada saat ini, setelah melalui beberapa penelitian intercroping pada tanaman apel dapat dilakukan dengan tanaman yang berhabitat rendah, seperti cabai, bawang dan lain-lain.

Tanaman apel tidak dapat ditanam pada jarak yang terlalu rapat karena akan menjadi sangat rimbun yang akan menyebabkan kelembaban tinggi, sirkulasi udara kurang, sinar matahari terhambat dan meningkatkan pertumbuhan penyakit.

Jarak tanam yang ideal untuk tanaman apel tergantung varietas. Untuk varietas Manalagi dan Prices Moble adalah 3-3.5 x 3.5 m, sedangkan untuk varietas Rome Beauty dan Anna dapat lebih pendek yaitu 2-3 x 2.5-3 m.

3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang tanam antara 50 x 50 x 50 cm sampai 1 x 1 x 1 m. Tanah atas dan tanah bawah dipisahkan, masing-masing dicampur pupuk kandang sekurang-kurangnya 20 kg. Setelah itu tanah dibiarkan selama ± 2 minggu, dan menjelang tanam tanah galian dikembalikan sesuai asalnya.

3.3.3. Cara Penanaman
Penanaman apel dilakukan baik pada musim penghujan atau kemarau (di sawah). Untuk lahan tegal dianjurkan pada musim hujan.

Cara penanaman bibit apel adalah sebagai berikut:
a. Masukan tanah bagian bawah bibit kedalam lubang tanam.
b. Masukan bibit ditengah lubang sambil diatar perakarannya agar menyebar.
c. Masukan tanah bagian atas dalam lubang sampai sebatas akar dan ditambah tanah galian lubang.
d. Bila semua tanah telah masuk, tanah ditekan-tekan secara perlahan dengan tangan agar bibit tertanam kuat dan lurus. Untuk menahan angin, bibit dapat ditahan pada ajir dengan ikatan longgar.

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penjarangan dan penyulaman
Penjarangan tanaman tidak dilakukan, sedangkan penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati atau dimatikan kerena tidak menghasilkan dengan cara menanam tanaman baru menggantikan tanaman lama. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada musim penghujan.

3.4.2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan hanya bila disekitar tanaman induk terdapat banyak gulma yang dianggap dapat mengganggu tanaman. Pada kebun yang ditanami apel dengan jarak tanam yang rapat (± 3x3 m), peniangan hampir tidak perlu dilakukan karena tajuk daun menutupi permukaan tanah sehingga rumput-rumput tidak dapat tumbuh.

3.4.3. Pembubunan
Penyiangan biasanya diikuti dengan pembubunan tanah. Pembubunan dimaksudkan untuk meninggikan kembali tanah disekitar tanaman agar tidak tergenang air dan juga untuk menggemburkan tanah. Pembubunan biasanya dilakukan setelah panen atau bersamaan dengan pemupukan.

3.4.4. Perempalan/Pemangkasan
Bagian yang perlu dipangkas adalah bibit yang baru ditanam setinggi 80 cm, tunas yang tumbuh di bawah 60 cm, tunas-tunas ujung beberapa ruas dari pucuk, 4-6 mata dan bekas tangkai buah, knop yang tidak subur, cabang yang berpenyakit dan tidak produkrif, cabang yang menyulitkan pelengkungan, ranting atau daun yang menutupi buah. Pemangkasan dilakukan sejak umur 3 bulan sampai didapat bentuk yang diinginkan(4-5 tahun).

3.4.5. Pemupukan
a) Pada musim hujan/tanah sawah
1. Bersamaan rompes daun (< 3 minggu). NPK (15-15-15) 1-2 kg/pohon atau campuran Urea, TSP, KCl/ZK ± 3 kg/pohon (4:2:1).
2. Melihat situasi buah, yaitu bila buah lebat (2,5-3 bulan setelah rompes. NPK (15-15-15) 1 kg/pohon atau campuran Urea, TSP dan KCl/ZK ± 1 kg/pohon (1:2:1)

b) Musim kemarau/tanah tegal
1. Bersamaan rompes tidak diberi pupuk (tidak ada air).
2. 2-3 bulan setelah rompes (ada hujan). NPK (15-15-15) 1-2 kg/pohon atau campuran Urea, TSP, dan KCl/ZK ± 3 kg/pohon (4:2:1).

Cara pemupukan disebar di sekeliling tanaman sedalam ± 20 cm sejauh lebar daun, lalu ditutup tanah dan diairi.

Untuk pupuk kandang cukup diberikan sekali setahun (2 x panen) 1-2 pikul setiap pohon pada musim kemarau setelah panen.

Untuk meningkatkan pertumbuhan perlu diberikan pupuk daun dan ZPT pada 5-7 hari sampai menjelang bunga setelah rompes (Gandasil B 1 gram/liter) + Atonik/Cepha 1 cc/liter diselingi dengan Metalik-Multi Mikro dan 5-7 hari sekali sampai menjelang panen (2,5 bulan) dari rompes Gandasil D (1 gram/liter).
Selain itu perlu digunakan zat pengatur tumbuh Dormex sekali setahun setelah rompes (jangan sampai 10 hari setelah rompes) sebanyak 2600 liter larutan dengan dosisi 3 liter/200 literair.

3.4.6. Pengairan dan Penyiraman
Untuk pertumbuhannya, tanaman apel memerlukan pengairan yang memadai sepanjang musim. Pada musim penghujan, masalah kekurangan air tidak ditemui, tetapi harus diperhatikan jangan sampai tanaman terendam air. Krena itu perlu drainase yang baik. Sedangkan pada musim kemarau masalah kekurangan air harus diatasi dengan cara menyirami tanaman sekurang-kurangnya 2 minggu sekali dengan cara dikocor.

3.4.7. Penyemprotan Pestisida
Untuk pencegahan, penyemprotan dilakukan sebelum hama menyerang tanaman atau secara rutin 1-2 minggu sekali dengan dosis ringan. Untuk penanggulangan, penyemprotan dilakukan sedini mungkin dengan dosis tepat, agar hama dapat segera ditanggulangi. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari.
Jenis dan dosis pestisida yang digunakan dalam menanggulangi hama sangat beragam tergantung dengan hama yang dikendalikan dan tingkat populasi hama tersebut, pengendalian secara lebih terinci akan dijelaskan pada poin hama dan penyakit.

3.4.8. Pemeliharaan Lain
a. Perompesan
Perompesan dilakukan untuk mematahkan masa dorman didaerah sedang. Di darah tropis perompesan dilakukan untuk menggantikan musim gugur di daerah iklim sedang baik secara manual oleh manusia (dengan tangan) 10 hari setelah panen maupun dengan menyemprotkan bahan kimia seperti Urea 10%+Ethrel 5000 ppm 1 minggu setelah panen 2 kali dengan selang satu minggu).

b. Pelengkungan cabang
Setelah dirompes dilakukan pelengkungan cabang untuk meratakan tunas lateral dengan cara menarik ujung cabang dengan tali dan diikatkan ke bawah. Tunas lateral yang rata akan memacu pertumbuhan tunas yang berarti mamacu terbentuknya buah.

c. Penjarangan buah
Penjarangan dilakukan untuk meningkatkan kualitas buah yaitu besar seragam, kulit baik, dan sehat, dilakukan dengan membuang buah yang tidak normal (terserang hama penyakit atau kecil-kecil). Untuk memdapatkan buah yang baik satu tunas hendaknya berisi 3-5 buah.

d. Pembelongsongan buah
Dilakukan 3 bulan sebelum panen dengan menggunakan kertas minyak berwarna putih sampai keabu-abuan/kecoklat-cokltan yang bawahnya berlubang. Tujuan buah terhindar dari serangan burung dan kelelawar dan menjaga warna buah mulus.

e. Perbaikan kualitas warna buah
Peningkatan warna buah dapat dilakukan dengan bahan kimia Ethrel, Paklobutrazol, 2,4 D baik secara tunggal maupun kombinasi.

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a. Kutu hijau (Aphis pomi Geer)
Ciri: kutu dewasa berwarna hijau kekuningan, antena pendek, panjang tubuh 1,8 mm, ada yang bersayap ada pula yang tidak; panjang sayap 1,7 mm berwarna hitam; perkembangbiakan sangat cepat, telur dapat menetas dalam 3-4 hari. Gejala: (1) nimfa maupun kutu dewasa menyerang dengan mengisap cairan sel-sel daun secara berkelompok dipermukaan daun muda, terutama ujung tunas muda, tangkai cabang, bunga, dan buah; (2) kutu menghasilkan embun madu yang akan melapisi permukaan daun dan merangsang tumbuhnya jamur hitam (embun jelaga); daun berubah bentuk, mengkerut, leriting, terlambat berbunga, buah-buah muda gugur,jika tidak mutu buahpun jelek. Pengendalian: (1) sanitasi kebun dan pengaturan jarak tanam (jangan terlalu rapat); (2) dengan musuh alami coccinellidae lycosa; (3) dengan penyemprotan Supracide 40 EC (ba Metidation) dosis 2 cc/liter air atau 1-1,6 liter; (4) Supracide 40 EC dalam 500-800 liter/ha air dengan interval penyemprotan 2 minggu sekali; (5) Convidor 200 SL (b.a. Imidakloprid) dosis 0,125-0,250 cc/liter air; (6) Convidor 200 SL dalam 600 liter/ha air dengan interval penyemprotan 10 hari sekali (7) Convidor ini dapat mematikan sampai telur-telurnya; cara penyemprotan dari atas ke bawah. Penyemprotan dilakukan 1-2 minggu sebelum pembungaan dan dilanjutkan 1-1,5 bulan setelah bunga mekar sampai 15 hari sebelum panen.

b. Tungau, Spinder mite, cambuk merah (panonychus Ulmi)
Ciri: berwarna merah tua, dan panjang 0,6 mm. Gejala: (1) tungau menyerang daun dengan menghisap cairan sel-sel daun; (2) pada serangan hebat menimbulkan bercak kuning, buram, cokelat, dan mengering; (3) pada buah menyebabkan bercak keperak-perakan atau coklat. Pengendalian: (1) dengan musah alami coccinellidae dan lycosa; (2) penyemprotan Akarisida Omite 570 EC sebanyak 2 cc/liter air atau 1 liter Akarisida Omite 570 EC dalam 500 liter air per hektar dengan interval 2 minggu.

c. Trips
Ciri: berukuran kecil dengan panjang 1mm; nimfa berwarna putih kekuning-kuningan; dewasa berwarna cokelat kehitam-hitaman; bergerak cepat dan bila tersentuh akan segera terbang menghindar. Gejala: (1) menjerang daun, kuncup/tunas, dan buah yang masih sangat muda; (2) pada daun terlihat berbintik-bintik putih, kedua sisi daun menggulung ke atas dan pertumbuhan tidak normal; (3) daun pada ujung tunas mengering dan gugur (4) pada daun meninggalkan bekas luka berwarna coklat abu-abu. Pengendalian: (1) secara mekanis dengan membuang telur-telur pada daun dan menjaga agar lingkungan tajuk tanaman tidk terlalu rapat; (2) penyemprotan dengan insektisida seperti Lannate 25 WP (b.a. Methomyl) dengan dosis 2 cc/liter air atau Lebaycid 550 EC (b.a. Fention) dengan dosis 2 cc/liter air pada sat tanaman sedang bertunas, berbunga, dan pembentukan buah.

d. Ulat daun (Spodoptera litura)
Ciri: larva berwarna hijau dengan garis-garis abu-abu memanjang dari abdomen sampai kepala.pada lateral larva terdapat bercak hitam berbentuk lingkaran atau setengah lingkaran, meletakkan telur secara berkelompok dan ditutupi dengan rambut halus berwarna coklat muda.
Gejala: menyerang daun, mengakibatkan lubang-lubang tidak teratur hingga tulang-tulang daun. Pengendalian: (1) secara mekanis dengan membuang telur-telur pada daun; (2) penyemprotan dengan penyemprotan seperti Tamaron 200 LC (b.a Metamidofos) dan Nuvacron 20 SCW (b.a. Monocrotofos).

e. Serangga penghisap daun (Helopelthis Sp)
Ciri: Helopelthis Theivora dengan abdomen warna hitam dan merah, sedang HelopelthisAntonii dengan abdomen warna merah dan putih. Serabgga berukuran kecil. Penjang nimfa yang baru menetas 1mm dan panjang serangga dewasa 6-8 mm. Pada bagian thoraknya terdapat benjolan yang menyerupai jarum. Gejala: menyerang pada pagi, sore atau pada saat keadaan berawan; menyerang daun muda, tunas dan buah buah dengan cara menhisap cairan sel; daun yang terserang menjadi coklat dan perkembanganya tidak simetris; tunas yang terserang menjadi coklat, kering dan akhirnya mati; serangan pada buah menyebabkan buah menjadibercak-bercak coklat, nekrose, dan apabila buah membesar, bagian bercak ini pecah yang menyebebkan kualitas buah menurun. Pengendalian: (1) secara mekanis dengan cara pengerondongan atap plastik/pembelongsongan buah. (2) Penyemprotan dengan insektisida seperti Lannate 25 WP (b.a. Metomyl), Baycarb 500 EC (b.a. BPMC), yang dilakukan pada sore atau pagi hari.

f. Ulat daun hitam (Dasychira Inclusa Walker)
Ciri: Larva mempunyai dua jambul dekat kepala berwarna hitam yang mengarah kearah samping kepala. Pada bagian badan terdapat empat jambul yang merupakan keumpulan seta berwarna coklat kehitam-hitaman. Disepanjang kedua sisi tubuh terdapat rambut berwarna ab-abu. Panjang larva 50 mm. Gejala: menyerang daun tua dan muda; tanaman yang terserang tinggal tulang daun-daunnya dengan kerusakan 30%; pada siang hari larva bersembunyi di balik daun. Pengendalian: (1) secara mekanis dengan membuang telur-telur yang biasanya diletakkan pada daun; (2) penyemprotan insektisida seperti: Nuvacron 20 SCW (b.a. Monocrotofos) dan Matador 25 EC.

g. Lalat buah (Rhagoletis Pomonella)
Ciri: larva tidak berkaki, setelah menetas dari telur (10 hari) dapat segera memakan daging buah. Warna lalat hitam, kaki kekuningan dan meletakkan telur pada buah. Gejala: bentuk buah menjadi jelek, terlihat benjol-benjol. Pengendalian: (1) penyemprotan insektisida kontak seperti Lebacyd 550 EC; (2) membuat perangkat lalat jantan dengan menggunakan Methyl eugenol sebanyak 0,1 cc ditetesan pad kapas yang sudah ditetesi insektisida 2 cc. Kapas tersebutkapas tersebut dimasukkan ke botol plastik (bekas air mineral) yang digantungkan ketinggian 2 meter. Karena aroma yang mirip bau-bau yang dikeluarkan betina, maka jantan tertarik dan menhisap kapas.

3.5.2. Penyakit
a. Penyakit embun tepung (Powdery Mildew)
Penyebab: Padosphaera leucotich Salm. Dengan stadia imperfeknya adalah oidium Sp. Gejala: (1) pada daun atas tampak putih, tunas tidak normal, kerdil dan tidak berbuah; (2) pada buah berwarna coklat, berkutil coklat. Pengendalian: (1) memotong tunas atau bagian yang sakit dan dibakar; (2) dengan menyemprotka fungisida Nimrod 250 EC 2,5-5 cc/10 liter air (500liter/Ha) atau Afugan 300 EC 0,5-1 cc/liter air (pencegahan) dan 1-1,5 cc/liter air setelah perompesan sampai tunas berumur 4-5 minggu dengan interval 5-7 hari.

b. Penyakit bercak daun (Marssonina coronaria J.J. Davis)
Gejala: pada daun umur 4-6 minggu setelah perompesan terlihat bercak putih tidak teratur, berwarna coklat, permukaan atas timbul titik hitam, dimulai dari daun tua, daun muda hingga seluruh bagian gugur. Pengendalian: (1) jarak tanam tidak terlalu rapat, bagian yang terserang dibuang dan dibakar; (2) disemprot fungisida Agrisan 60 WP 2 gram/liter air, dosis 1000-2000 gram/ha sejak 10 hari setelah rompes dengan interval 1 minggu sebanyak 10 aplikasi atau Delseme MX 200 2 gram/liter air, Henlate 0,5 gram/liter air sejak umur 4 hari setelah rompes dengan interval 7 hari hingga 4 minggu.

c. Jamur upas (Cortisium salmonicolor Berk et Br)
Pengendalian: mengurangi kelembapan kebun, menghilangkan bagian tanaman yang sakit.

d. Penyakit kanker (Botryosphaeria Sp.)
Gejala: menyerang batang/cabang (busuk, warna coklat kehitaman, terkadang mengeluarkan cairan), dan buah (becak kecil warna cokelat muda, busuk, mengelembung, berair dan warna buah pucat. Pengendalian: (1) tidak memanen buah terlalu masak; (2) mengurangi kelembapan kebun; (3) membuang bagian yang sakit; (4) pengerokkan batang yang sakit lalu diolesi fungisida Difolatan 4 F 100 cc/10 liter air atau Copper sandoz; (5) disemprot Benomyl 0,5 gram/liter air, Antracol 70 WP 2 gram/liter air.

e. Busuk buah (Gloeosporium Sp.)
Gejala: bercak kecil cokelat dan bintik-bintik hitam berubah menjadi orange. Pengendalian: tidak memetik buah terlalu masak dan pencelupan dengan Benomyl 0,5 gram/liter air untuk mencegah penyakit pada penyimpanan.

f. Busuk akar (Armilliaria Melea)
Gejala: menjerang tanaman apel pada daerah dingin basah, ditandai dengan layu daun, gugur, dan kulit akar membusuk. Pengendalian: dengan eradifikasi, yaitu membongkar/mencabut tanaman yang terserang beserta akar-akarnya, bekas lubang tidak ditanami minimal 1 tahun.

3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Pada umumnya buah apel dapat dipanen pada umur 4-5 bulan setelah bunga mekar, tergantung pada varietas dan iklim. Rome Beauty dapat dipetik pada umur sekitar 120-141 hari dari bunga mekar, Manalagi dapat dipanen pada umur 114 hari setelah bunga mekar dan Anna sekitar 100 hari. Tetapi, pada musim hujan dan tempat lebih tinggi, umur buah lebih panjang.

Pemanenan paling baik dilakukan pada saat tanaman mencapai tingkat masak fisiologis (ripening), yaitu tingkat dimana buah mempunyai kemampuan untuk menjadi masak normal setelah dipanen. Ciri masak fisiologis buah adalah: ukuran buah terlihat maksimal, aroma mulai terasa, warna buah tampak cerah segar dan bila ditekan terasa kres.

3.6.2. Cara Panen
Pemetikan apel dilakukan dengan cara memetik buah dengan tangan secara serempak untuk setiap kebun.

3.6.3. Periode Panen
Periode panen apel adalah enam bulan sekali berdasarkan siklus pemeliharaan yang telah dilakukan.

3.6.4. Prakiraan Produksi
Produksi buah apel sangat tergantung dengan varietas, secara umum produksi apel adalah 6-15 kg/pohon.

3.7. Pascapanen
3.7.1. Pengumpulan
Setelah dipetik, apel dikumpulkan pada tempat yang teduh dan tidak terkena sinar matahari langsung agar laju respirasi berkurang sehingga didapatkan apel yang tinggi kualitas dan kuantitasnya. Pengumpulan dilakukan dengan hati-hati dan jangan ditumpuk dan dilempar-lempar, lalu dibawa dengan keranjang ke gudang untuk diseleksi.

3.7.2. Penyortiran dan Penggolongan
Penyortiran dilakukan untuk memisahkan antara buah yang baik dan bebas penyakit dengan buah yang jelek atau berpenyakit, agar penyakit tidak tertular keseluruh buah yang dipanen yang dapat menurunkan mutu produk. Penggolongan dilakukan untuk mengklasifikasikan produk berdasarkan jenis varietas, ukuran dan kualitas buah.

3.7.3. Penyimpanan
Pada dasarnya apel dapat disimpan lebih lama dibanding dengan buahan lain, misal Rome Beauty 21-28 hari (umur petik 113-120 hari) atau 7-14 hari (umur petik 127-141 hari). Untuk penyimpanan lebih lama (4-7 bulan), harus disimpan pada suhu minus 6-0 derajat C dengan precooling 2,2 derajat C.

3.7.4. Pengemasan dan Transportasi
Kemasan yang digunakan adalah kardus dengan ukuran 48 x 33 x 37 cm dengan berat 35 kg buah apel. Dasar dan diatas susunan apel perlu diberi potongan kertas dan disusun miring (tangkai sejajar panjang kotak). Dasar kotak diisai 3-3 atau 2-2 atau berselang 3-2 saling menutup ruang antar buah.

IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
4.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya apel skala 1 hektar selama masa tanam 6 tahun di daerah Jawa Timur tahun 1999.

a) Biaya produksi

1. Sewa lahan 10 tahun @Rp. 1.000.000,-
Rp. 10.000.000,-
2. Bibit 400 tanaman @Rp. 3.500,-
Rp. 1.400.000,-
3. Pupuk kandang

- Tahun ke-1, 67 m3 @Rp. 15.000,-
Rp. 1.005.000,-
- Tahun ke-2, 83 m3
Rp. 1.245.000,-
- Tahun ke-3, 100 m3
Rp. 1.500.000,-
- Tahun ke-4, 125 m3
Rp. 1.875.000,-
- Tahun ke-5, 150 m3
Rp. 2.250.000,-
- Tahun ke-6, 175 m3
Rp. 2.625.000,-
4. Pupuk Urea

- Tahun ke-1, 80 kg @Rp. 1.410,-
Rp. 112.800,-
- Tahun ke-2, 100 kg
Rp. 141.000,-
- Tahun ke-3, 145 kg
Rp. 204.450,-
- Tahun ke-4, 152 kg
Rp. 214.320,-
- Tahun ke-5, 222 kg
Rp. 313.020,-
- Tahun ke-6, 333 kg
Rp. 469.530,-
5. Pupuk SP 36

- Tahun ke-1, 65 kg @Rp. 2.055,-
Rp. 133.575,-
- Tahun ke-2, 85 kg
Rp. 174.675,-
- Tahun ke-3, 100 kg
Rp. 205.500,-
- Tahun ke-4, 100 kg
Rp. 205.500,-
- Tahun ke-5, 111 kg
Rp. 228.105,-
- Tahun ke-6, 166 kg
Rp. 341.130,-
6. Pupuk KCl

- Tahun ke-1, 26 kg @Rp. 2.550,-
Rp. 66.300,-
- Tahun ke-2, 50 kg
Rp. 127.500,-
- Tahun ke-3, 73 kg
Rp. 186.150,-
- Tahun ke-4, 152 kg
Rp. 387.600,-
- Tahun ke-5, 333 kg
Rp. 849.150,-
- Tahun ke-6, 500 kg
Rp. 1.275.000,-
7. Pupuk daun

- Tahun ke-1, 3 liter @Rp. 54.000,-
Rp. 162.000,-
- Tahun ke-2, 6 liter
Rp. 324.000,-
- Tahun ke-3, 8 liter
Rp. 432.000,-
- Tahun ke-4, 10 liter
Rp. 540.000,-
- Tahun ke-5, 10 liter
Rp. 540.000,-
- Tahun ke-6, 10 liter
Rp. 540.000,-
8. Obat dan Pestisida (Antracol, Karathane,Nimrod, Dimecron, dll)

- Tahun ke-1
Rp. 3.000.000,-
- Tahun ke-2
Rp. 4.400.000,-
- Tahun ke-3
Rp. 4.840.000,-
- Tahun ke-4
Rp. 5.668.000,-
- Tahun ke-5
Rp. 8.400.000,-
- Tahun ke-6
Rp. 11.104.000,-
9. Peralatan

- Cangkul 20 buah @Rp. 15.000,-
Rp. 300.000,-
- Sprayer 3 buah @Rp. 300.000,-
Rp. 900.000,-
- Gunting Pangkas 5 buah @Rp. 50.000,-
Rp. 250.000,-
10. Tenaga kerja

- Tenaga tetap 1 orang Rp. 960.000,-
Rp. 5.760.000,-
- Pengolahan lahan tahun ke-1 15 HOK @Rp. 5.000,-
Rp. 75.000,-
- Pengolahan lahan tahun ke-2-6, 40 HOK @Rp. 200.000,-
Rp. 1.000.000,-
- Buat lubang tanam 70 HOK @Rp. 5.000,-
Rp. 350.000,-
- Penanaman 30 HOK @Rp. 5.000,-
Rp. 150.000,-
- Penyiangan 20 HOK/thn @Rp. 100.000,-
Rp. 600.000,-
- Pemupukan

- Tahun ke-1 dan ke-2, 30 HOK @Rp. 150.000,-
Rp. 300.000,-
- Tahun ke-3 40 HOK @Rp. 5.000,-
Rp. 200.000,-
- Tahun ke-4, 50 HOK @Rp. 5.000,-
Rp. 250.000,-
- Tahun ke 5, 65 HOK @Rp. 5.000,-
Rp. 325.000,-
- Tahun ke-6, 75 HOK @Rp. 5.000,-
Rp. 375.000,-
- Pengendalian HPT

- Tahun ke-1, 24 HOK @Rp. 5.000,-
Rp. 120.000,-
- Tahun ke-2, 36 HOK @Rp. 5.000,-
Rp. 180.000,-
- Tahun ke-3, 48 HOK @Rp. 5.000,-
Rp. 240.000,-
- Penyemprotan Hama

- Tahun Ke-1, 50 HOK @Rp. 5.000,-
Rp. 250.000,-
- Tahun ke-2, 65 HOK @Rp. 5.000,-
Rp. 325.000,-
- Tahun ke-3, 60 HOK @Rp. 5.000,-
Rp. 300.000,-
- Penyemprotan penyakit

- Tahun ke-1, 20 HOK @Rp. 5.000,-
Rp. 100.000,-
- Tahun ke-2, 30 HOK @Rp. 5.000,-
Rp. 150.000,-
- Tahun ke-3, 30 HOK @Rp. 5.000,-
Rp. 150.000,-
- Penyabutan batang

- Tahun ke-2, 16 HOK @Rp. 5.000,-
Rp. 80.000,-
- Tahun ke-3, 20 HOK @Rp. 5.000,-
Rp. 100.000,-
- Tahun ke-4, 30 HOK @Rp. 5.000,-
Rp. 150.000,-
- Tahun ke-5, 50 HOK @Rp. 5.000,-
Rp. 250.000,-
- Tahun ke-6, 50 HOK @Rp. 5.000,-
Rp. 250.000,-
- Pengairan

- Tahun ke-1, 2, 3: 30 HOK/tahun @Rp. 150.000,-
Rp. 450.000,-
- Tahun ke-4, 5, 6: 40 HOK @Rp. 200.000,-
Rp. 600.000,-
- Pemangkasan

- Tahun ke-2, 22 HOK @Rp. 5.000,-
Rp. 110.000,-
- Tahun ke-3, 30 HOK @Rp. 5.000,-
Rp. 150.000,-
- Tahun ke-4, 50 HOK @Rp. 5.000,-
Rp. 250.000,-
- Tahun ke-5, 60 HOK @Rp. 5.000,-
Rp. 300.000,-
- Tahun ke-6, 60 HOK @Rp. 5.000,-
Rp. 300.000,-
Jumlah biaya produksi selama 6 tahun
Rp. 83.125.305,-
2) Pendapatan (mulai produksi tahun ke-3)

1. Tahun ke-3: 2.900 kg @Rp. 5.000,-
Rp. 14.500.000,-
2. Tahun ke-4: 3.825 kg @Rp. 5.000,-
Rp. 19.125.000,-
3. Tahun ke-5: 4.990 kg @Rp. 5.000,-
Rp. 24.950.000,-
4. Tahun ke-6: 6.760 kg @Rp. 5.000,-
Rp. 33.800.000,-
Total pendapatan
Rp. 92.375.000,-
3) Keuntungan dalam 6 tahun
Rp. 9.249.695,-
4) Parameter kelayakan usaha

1. B/C
ratio = 1,1

Menurut analisis Pudji Santoso dkk (1988) dalam Bambang Sularso menunjukan bahwa BEP usaha tani apel pada tanah sawah Rp. 33.916.000 dan untuk tanah tegal Rp. 45.034.000 dapat dicapai pada skala minimum seluas 0,164 ha (sawah) dan 0,39 ha (tegal). Hal ini berarti bahwa bila petani menanam apel lebih dari skala minimum tersebut, petani telah mendapatkan keuntungan.

4.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Dari segi agribisnis, apel tergolong tanaman yang sangat komersial. Hal ini didukung oleh beberapa alasan yaitu:
1) Iklim: Apel merupakan tanaman yang selektif. Artinya apel merupakan tanaman yang hanya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada daerah-daerah tertentu yang iklimnya menunjang. Di dunia tanaman apel banyak diproduksi oleh negara-negara empat musim, sedangkan didaerah tropis hanya beberapa daerah yang berhasil misalnya Malang.

2) Pasar apel Indonesia; selama ini pasar apel Indonesia dipenuhi melalui impor dari negara-negara Eropa dan Australia. Sejak bekembangnya apel di Indonesia pasar ini sedikit demi sedikit diambil alih oleh produksi dalam negeri. Hal ini dapat dilihat data BPS yang menunjukkan peningkatan produksi apel nasional 7.303.372 ton (1984) menjadi 9.046.276 ton (1988) atau meningkat 17,5%. Target akhir adalah pemenuhan konsumsi nasional dan ekspor.

3) Faktor lain; yaitu pengembangan apel sebagai komoditi agrowisata dan pengembangan makanan olahan dari apel seperti jenang apel dan jelli apel.

V. STANDAR PRODUKSI
5.1.Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan
contoh dan cara pengemasan.

5.2.Diskripsi

5.3.Klasifikasi dan Standar Mutu
Standar mutu yang selama ini berlaku:
a) Grade A = 15,9% (31-4 buah/kg)
b) Grade B = 45,2% (5-7 buah/kg)
c) Grade C = 29,6% (8-10 buah/kg)
d) Grade D = 7,0% (11-15 buah/kg)

5.4.Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat di bawah ini. Dari setiap kemasan diambil contoh sebanyak 20 buah dari bagian atas, tengah dan bawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (startified random sampling) sampai diperoleh minimum 20 buah untuk dianalisis.
a. Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dengan 100, contoh yang diambil 5.
b. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 101 sampai dengan 300, contoh yang diambil 7.
c. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, contoh yang diambil 9.
d. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, contoh yang diambil 10.
e. Jumlah kemasan dalam partai (lot) lebih dari 1000, contoh yang diambil 15 (minimum).

Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalaman
atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan badan hukum.

5.5.Pengemasan
Buah apel dikemas dengan peti kayu/bahan lain yang sesuai dengan berat bersih maksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain: nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat bersih, negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, daerah asal.

VI. DAFTAR PUSTAKA
1) Notodimedjo. Soewarno, 1995, “Budidaya Tanaman Hortikultura” Khususnya Tanaman Buah-Buahan, Fak. Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.
2) Soelarso. R bambang, 1996, Budidaya Apel, Kanisius, Yogyakarta.
3) Sunarjono. Hendro, 1987, ILMU Produksi Tanaman dan Buah-Buahan, Sinar Baru, Bandung.
4) Widyastuti. YE dan Paimin. FB, 1993, Mengenal Buah Unggul Indonesia, PT. Penebar Swadaya dan Trubus, Jakarta.
Baca Selengkapnya »»